" Permisi ", sapanya.
Sudah 2 kali lelaki itu bertandang ke rumah. Seorang laki-laki dengan rambut panjang sebahu dan hampir seluruhnya tertutup oleh uban. Mungkin usianya sekitar 45-50an. Dengan diiringi alunan petikan gitarnya, suara merdunya mulai berdendang. Cengkok suaranya bak seorang penyanyi profesional. Begitu menghayati syair demi syair. Yang membuat kagum lagi, begitu kuberikan selembar uang, dengan sopan dia menolak dengan maksud memintaku menunggu hingga lagunya selesai, meskipun pada akhirnya uang itu diterimanya. Celoteh adek, " buk, uangnya kasihkan bapaknya! ". Jawabku, " bapaknya belum mau sayang, nanti ya kalau lagunya sudah selesai ". Beberapa detik kemudian, dengan polosnya adek kembali berkata " kok lama ya? ". Aku hanya tersenyum.
Akhirnya lelaki itu menyelesaikan lagunya. Kakak memberikan uang kepada lelaki tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih sambil sedikit membungkuk, berlalulah lelaki itu. " Sudah selesai musiknya ", ujar adek. Selang berapa detik, kudengar lantunan suaranya di depan rumah tetangga dengan lagu yang