Seniman Jalanan

" Permisi ", sapanya.
Sudah 2 kali lelaki itu bertandang ke rumah. Seorang laki-laki dengan rambut panjang sebahu dan hampir seluruhnya tertutup oleh uban. Mungkin usianya sekitar 45-50an. Dengan diiringi alunan petikan gitarnya, suara merdunya mulai berdendang. Cengkok suaranya bak seorang penyanyi profesional. Begitu menghayati syair demi syair. Yang membuat kagum lagi, begitu kuberikan selembar uang, dengan sopan dia menolak dengan maksud memintaku menunggu hingga lagunya selesai, meskipun pada akhirnya uang itu diterimanya. Celoteh adek, " buk, uangnya kasihkan bapaknya! ". Jawabku, " bapaknya belum mau sayang, nanti ya kalau lagunya sudah selesai ". Beberapa detik kemudian, dengan polosnya adek kembali berkata " kok lama ya? ". Aku hanya tersenyum.

Akhirnya lelaki itu menyelesaikan lagunya. Kakak memberikan uang kepada lelaki tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih sambil sedikit membungkuk, berlalulah lelaki itu. " Sudah selesai musiknya ", ujar adek. Selang berapa detik, kudengar lantunan suaranya di depan rumah tetangga dengan lagu yang
berbeda dan hingga tuntas pula. Entah apa dibalik tujuannya. Mungkin karena dia ingin menunjukkan kualitas suaranya ataukah ingin menghibur orang lain. Aku hanya bisa menduga. Tapi yang jelas, dia tidak hanya mengharapkan uang sebagai pengganti tenaganya yang berkeliling dan berdendang dari 1 rumah ke rumah yang lain. Berbeda dengan pengamen-pengamen " langganan " yang sering berkunjung kerumah. Mereka ingin buru2 menuntaskan sepenggal lagunya atau bahkan ingin menerima uang lekas-lekas meskipun hanya bernyanyi 1 bait lagu saja. Ada lagi pengamen yang terdengar seperti menggumam saja dan dia juga menjadi " langganan tetap " setiap minggunya.

Bagi lelaki yang unik tadi mungkin imbalan tersebut dianggap dan diharapkan untuk menghargai hasil karyanya bukan jerih payahnya. Mungkin dia ingin menunjukkan eksistensi diri. Kalau demikian adanya, tidak salah menyebutnya Seniman. Meskipun nama besar itu tidak sebanding dengan nasib dan keberuntungannya. Mungkin saja...
Seandainya lebih banyak orang yang memahami jiwa seni semacam itu. Mungkin saja dia bisa menjadi terkenal kelak. Siapa yang dapat menebak nasib ataupun takdir seseorang.
Salute...

No comments:

Post a Comment