Nenek Super

Suatu saat saya bertemu seorang nenek di sebuah warung. Mengenakan kebaya dan kain batik. Rambut hitamnya sudah tertutupi oleh uban. Mungkin usianya sekitar 70-80an. Tetapi fisiknya masih kelihatan bugar dan fit. Terlihat dari cara berjalannya yang mengalahkan anak muda. Dari cara bicaranya juga seperti anak jaman sekarang. Dompet dan hp tak pernah lepas dari genggamannya. Sambil menunggu bakso tahunya selesai diracik si penjual, tak jarang dia memainkan hp nya. Mulai dari mencoba menghubungi seseorang sampai mengutak-atik tombol- tombol di chasing hp nya, entah apalagi yang dilakukannya. Pikir saya, gaul juga nenek ini. Lalu dia bertutur pada si penjual kalau dia mencoba menghubungi anaknya yang dirantau tapi tidak tersambung. Tapi dari gerak-geriknya kelihatan kalau nenek ini bangga dengan apa yang dilakukannya. Tampak kalau berulangkali dia sengaja memainkan hp nya. Padahal sudah berulangkali orang-orang mengingatkan agar menyimpan hp nya di dalam dompet. Tetapi tetap saja hp itu ditentengnya kemana-mana. Bahkan pernah pula ketinggalan di warung.

Akhir-akhir ini saya memang sering melihat nenek tersebut mampir ke warung tetangga. Mulai dari membeli sembako sampai membeli bakso atau nasi tahu, ritual yang mungkin dilakukannya setiap hari. Ternyata dia adalah penjual nasi di kontrakan milik tetangga. Dari cerita tetangga, anak nenek itu banyak yang tinggal di luar kota. Dan di usia tuanya itu, dia masih sempat membuka warung makan yang mengharuskannya bangun pagi buta setiap hari untuk memasak lebih dari 8 macam masakan. Petang ini saya bertemu lagi di warung yang sama. Kali ini bersama kedua cucu laki-lakinya. Dan sebelumnya saya melihat pemandangan yang berbeda. Sang nenek dengan masih mengenakan kebaya dan kain batik, membonceng motor putrinya bukan menyamping melainkan ngangkang.
Wah...tambah salut .

No comments:

Post a Comment